KELOMPOK APEL
3 PA 06
ADAM ZAINI BACHRI ( 10513121 )
DEA SEPTIANI ( 12513071 )
LULU YOLANDA SYIFA ( 14512271 )
MARCHIA DHIYA FATHIN ( 15513260 )
NAZHIRA SARFINA ( 16513370 )
RAKA
NOVANDRA ( 17513213
)
BAB I
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT ,
karena atas berkat ramat dan kasihnya , penyusun akhirnya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KEPEMIMPINAN (Leadership)”. ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Management. Penyusun menyadari
masih banyak kekurangan dan hal-hal yang belum sempurna, oleh karena itu
penyusun mohon maaf serta kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan. terima
kasih.
BAB II
PEMBAHASAN
Ø
LEADERSHIP
1. Definisi Leadership
ü
William G. Scott (1962)
kepemimpinan ialah proses mempengaruhi aktifitas yang di organisir dalam suatu
kelompok dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan.
ü
F.A Nigro (1965) inti
dari kepemimpinan ialah mempengaruhi aktifitas orang lain.
ü H. Kootz & O’Donnel “Principle Of Management” kepemimpinan
merupakan aktifitas mempersuasi orang agar mau bekerja sama dalam suatu
pencapaian tujuan bersama.
Berdasarkan pandangan
para Ahli di atas, kepemimpinan menurut kelompok kami adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas orang lain dan mempersuasi orang agar bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang sama.
2. Teori Kepemimpinan Partisipatif :
a. Teori X & Y dari
Douglas MxGregor
ü
Teori
X : Menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak
suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
ü Teori Y : memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya.
Konsep teori X
dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di
mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan
terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y. Menurut McGregor organisasi
tradicional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan,
terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan Theori Y.
b. Teori Sistem 4 dari Rensis Linkert
ü Sistem pertama (exploitive authoritative)
system
yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan
tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik.
ü Sistem kedua (benevolent authoritative/otokrasi yang baik
hati)
system
yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitive terhadap kebutuhan
karyawan.
ü Sistem ketiga (manajer konsultatif)
system
konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.
ü Sistem keempat (partisipative group/kelompok partisipatif)
system
partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
c. Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum
& Scmidt
ü Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan
berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.” Contoh: Pemimpin
memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
ü Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan
batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin
mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi
tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
ü Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah,
mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.” Contoh:
Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka
pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
ü Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan
keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.” Contoh:
Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk
bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
ü Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide
dan mengundang pertanyaan.” Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang
mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian
meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
ü Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat
keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.” Contoh:
Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari
Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari
terbaik untuk bertemu.
ü Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat
keputusan dan mengumumkan ke grup.” Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan
bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa
berita itu kepada tim.
d. Teori kepemimpinan dari konsep Modern Choice Approach to
participation yang memuat Decicion tree for Leadership dari Vroom & Yetton
Ø Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
ü AI (Autocratic) :
Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral,
menggunakan informasi yang ada
ü AII (Autocratic) :
Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah itu
membuat keputusan secara unilateral.
ü CI (Consultative) :
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun
setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
ü CII (Consultative) :
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat,
namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
ü GII (Group Decision) :
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat;
Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.
Ø Normative Theory: Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom
& Yetton, 1973)
ü Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda
tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri,
eleminasi gaya autucratic.
ü Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan
tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi
tertinggi.
ü Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk
anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur,
eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
ü Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk
implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
ü Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk
implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna
pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
ü Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun
pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
ü Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan
belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak
termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling
partisipatif.
e. Teori kepemimpinan
dari konsep contingency theory of leadership dari Fiedler
Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh
Fiedler (1967). Menurut model ini, maka the performance of the group is
contingen upon both the motivasional system of the leader and the degree to
which the leader has control and influence in a particular situation, the situational
favorableness (Fiedler, 1974:73). Fiedler menyimpulkan bahwa:
ü Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke
tugas) cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang
menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
ü Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke
hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok yang
sederajat dengan keuntungannya.
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (Position power)
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber
kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian
(expertise power).
b. Struktur tugas (task structure)
Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat
diperinci secara jelas dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya,
akan berlainan dengan situasi di mana tugas-tugas itu tidak tersusun
(unstructure) dan tidak jelas.
c. Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya (Leader-member
relations)
Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut
pandangan seorang pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan
struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha /
organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan
terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota)
f. Teori Kepemimpinan Path-Goal
Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House
(1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung
dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk
pencapaian tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa
efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin
dengan karakteristik situasi (House 1971). Dapat dikelompokkan dalam 4
kelompok:
ü Supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan
bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat)
ü Directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai
dengan peraturan, prosedurdan petunjuk yang ada)
ü Participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam
pengambilan keputusan)
ü Achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang
menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
BAB III
PENUTUP
Peta konsep dan gaya kepemimpinan yang dikemukakan di atas memberi
pemahaman tentang keberagaman perspektif setiap pakar dalam memahami
karakteristik manusia yang akan memimpin atau dipimpin. Keberagaman gaya
kepemimpinan ini juga meneguhkan arti penting dan peranan kepemimpinan dilihat
dari dimensi ruang – di rumah, di sekolah dan di masyarakat atau di kelompok
mana saja – dan dimensi waktu – dulu, saat ini, dan di masa datang, termasuk di
hari kiamat, karena orang beragama meyakini bahwa setiap individu akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Karena itu, artikulasi teori dan gaya
kepemimpinan pada tataran ilmiah akan membawa implikasi multi-dimensional
terhadap basis teoritis dan representasi perilaku aktor yang memerankan gaya
kepemimpinan tertentu. Tipe pemimpin penentang yang menganut teori reward and
punishment cenderung akan menampilkan perilaku yang suka mengintimidasi dan
mencercah atau sebaliknya memberikan penguatan (berupa kata-kata, tindakan,
hampiran, kinesik, uang, benda berharga, termasuk piagam, piala, dan THR).
Selanjutnya, bagi pemimpin yang bertipe transaksional yang
dimotivasi oleh teori pengharapan (Vroom, 1964), teori keadilan (Adams,
1963), teori jalur-tujuan (House, 1971) atau teori pertukaran (Homan,
1958), cenderung suka mengusulkan upah personal dan material atau mengelola
melalui pengecualian (aktif dan pasif). Demikian pula dengan pemimpin
transformasional yang menganut teori sosiologi kharisma (Weber, 1946, 1947),
teori kepemimpinan kharismatik (House, 1977) atau teori kepemimpinan perubahan
(Burns, 1978), cenderung akan mengusulkan visi, mengekspresikan idealisme dan
memberi penghargaan yang tinggi terhadap kinerja yang baik. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
Zakarsi, Muslihah. Psikologi manajemen.
Jakarta : Erlangga
Leavitt J.H. Psikologi manajemen. Jakarta
: Erlangga
Bass B.M. dan
Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership dan Organizational
Culture. Public Administration Querterly, 17(1): 112-17
Fiedler, F.E.1967. A Theory of Leadership Effectivenss, New York: McGraw-Hill.
House, R.J. 1971. A Path-Goal Theory of Leadership. Journal of
Comtemporary Business 3, p.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar